Mata pemberianNya selalu berjalan
bersama anganku. Melihat jauh tinggi di langit, kulihat ribuan bahkan entah
seberapa banyak anganku membaca setiap “awan” yang melintas.Seakan kulihat
synopsis kehidupan manusia yang penuh dengan misteri. Mata ini terkadang lelah
melihat dan mencari jawaban akan pertanyaan-pertanyaan dalam benakku. Otak
inipun mulai merasa januh ketika tak kutemukan jawaban atas pencarianku selama
ini. Apakah aku kurang berusaha keras?
Mata yang terpasang di sini adalah mata
yang merindukan cinta, yang kurasakan hanya ketika kulihat matanya. Yang
kurasa, kutak ingin dia pergi meski kutau dia pasti pergi dan tak akan kembali.
Tuhan tau apa yang terbaik untukku. Dan akupun tau Tuhan tidak akan
meninggalkan aku sendiri.
Mata ini adalah mata yang melihat
kehidupan sebelum ku melihat kehidupan di sini, di dunia ini. Namun aku masih
mencari kebenaran dan dasar atas apa yang kulihat. Aku akan terus mencari meski
aku harus terjatuh dan terjatuh lagi.
Mata ini telah merasakan Cinta Tuhan
sejak sebelum aku dilahirkan. Apakah ini benar?
Mata ini tidak bisa melihat bahkan tak
bisa membayangkan seperti apa Tuhan, tapi kenapa rasa Cinta Tuhan seperti telah
melekat erat dan kurasa sangat dekat. Apa ini yang namanya Iman?
Yang paling aku inginkan setelah ajal
menjemput adalah aku ingin bisa membangun rumah di surge untuk keluargaku dan
aku ingin bisa bertemu dengan Tuhan. Tapi yang aku tau, untuk bertemu Tuhan
bukan hal yang mudah. Hanya orang yang mempunyai derajat yang tinggi
dihadapanNya yang bisa bertemu denganNya.Apakah mungkin aku bisa mendapatkan
hal yang luar biasa itu.
Mata ini, kuyakin mampu melihatNya
suatu saat nanti. Meski mata ini hanya mata biasa yang hanya bisa berharap
keajaiban itu benar nyatanya.
Mata ini sering sekali lelah, ketika harus
mencari jawaban di tengah-tengah tumpukan sampah atau aku harus mencarinya di
setiap garis batang pohon atau bahkan aku harus merangkak mencari di setiap
lukisan pada setiap butiran pasir.Atau apakah aku harus mencari di setiap
kerutan dinding yang mulai meretak.
Mata ini mulai terasa berat dan terasa
tak mampu lagi untuk beranjak.Kebingungan dan ketidak tahuanku yang menjadi
alasannya. Mata ini tak sabar segera menemukan “imam” yang akan menuntunku,
yang akan menjadi penunjuk jalanku. Tapi apakah aku hanya harus menunggu?
Apakah aku bisa menemukannya tanpa harus menunggu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar