daFtArR iiSi

Minggu, 23 September 2012

my eyes


Mata pemberianNya selalu berjalan bersama anganku. Melihat jauh tinggi di langit, kulihat ribuan bahkan entah seberapa banyak anganku membaca setiap “awan” yang melintas.Seakan kulihat synopsis kehidupan manusia yang penuh dengan misteri. Mata ini terkadang lelah melihat dan mencari jawaban akan pertanyaan-pertanyaan dalam benakku. Otak inipun mulai merasa januh ketika tak kutemukan jawaban atas pencarianku selama ini. Apakah aku kurang berusaha keras?
Mata yang terpasang di sini adalah mata yang merindukan cinta, yang kurasakan hanya ketika kulihat matanya. Yang kurasa, kutak ingin dia pergi meski kutau dia pasti pergi dan tak akan kembali. Tuhan tau apa yang terbaik untukku. Dan akupun tau Tuhan tidak akan meninggalkan aku sendiri.
Mata ini adalah mata yang melihat kehidupan sebelum ku melihat kehidupan di sini, di dunia ini. Namun aku masih mencari kebenaran dan dasar atas apa yang kulihat. Aku akan terus mencari meski aku harus terjatuh dan terjatuh lagi.
Mata ini telah merasakan Cinta Tuhan sejak sebelum aku dilahirkan. Apakah ini benar?
Mata ini tidak bisa melihat bahkan tak bisa membayangkan seperti apa Tuhan, tapi kenapa rasa Cinta Tuhan seperti telah melekat erat dan kurasa sangat dekat. Apa ini yang namanya Iman?
Yang paling aku inginkan setelah ajal menjemput adalah aku ingin bisa membangun rumah di surge untuk keluargaku dan aku ingin bisa bertemu dengan Tuhan. Tapi yang aku tau, untuk bertemu Tuhan bukan hal yang mudah. Hanya orang yang mempunyai derajat yang tinggi dihadapanNya yang bisa bertemu denganNya.Apakah mungkin aku bisa mendapatkan hal yang luar biasa itu.
Mata ini, kuyakin mampu melihatNya suatu saat nanti. Meski mata ini hanya mata biasa yang hanya bisa berharap keajaiban itu benar nyatanya.
Mata ini sering sekali lelah, ketika harus mencari jawaban di tengah-tengah tumpukan sampah atau aku harus mencarinya di setiap garis batang pohon atau bahkan aku harus merangkak mencari di setiap lukisan pada setiap butiran pasir.Atau apakah aku harus mencari di setiap kerutan dinding yang mulai meretak.
Mata ini mulai terasa berat dan terasa tak mampu lagi untuk beranjak.Kebingungan dan ketidak tahuanku yang menjadi alasannya. Mata ini tak sabar segera menemukan “imam” yang akan menuntunku, yang akan menjadi penunjuk jalanku. Tapi apakah aku hanya harus menunggu? Apakah aku bisa menemukannya tanpa harus menunggu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar